Rabu, 19 September 2012

STUDI TENTANG MINAT MAHASISWA JPTA FPTK – UPI PADA DUNIA KERJA ANTARA PROFESI GURU DAN ARSITEKSTUDI TENTANG MINAT MAHASISWA JPTA FPTK – UPI PADA DUNIA KERJA ANTARA PROFESI GURU DAN ARSITEK

ABSTRAK
Keberadaan Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur adalah sebagai suatu lembaga yang menghasilkan tenaga pendidik dalam bidang Teknologi Kejuruan baik di dalam persekolahan maupun di luar persekolahan. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur tidak semua berminat untuk menjadi tenaga pendidik di dunia Pendidikan Menengah Kejuruan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana minat mahasiswa terhadap profesi Guru dan Arsitek. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Penelitian dilaksanakan di kampus Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK-UPI, dengan populasi mahasiswa JPTA yang telah menyelesaikan Mata Kuliah Profesi (MKP) dan Mata Kuliah Keahlian (MKK) berjumlah 42 orang. Data minat mahasiswa terhadap profesi Guru dan Arsitek didapat dengan teknik kuesioner/angket. Hasil penelitian, didapat persentase dari minat mahasiswa terhadap profesi Guru sebesar 62,29% termasuk dalam kategori tinggi dan minat mahasiswa terhadap profesi Arsitek sebesar 78,38% termasuk dalam kategori tinggi. Minat mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur cenderung menjadikan Arsitek sebagai profesi utama yang akan dijalani.
DOWNLOAD
DAFTAR ISI

Rabu, 29 Agustus 2012

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS PUISI

ABSTRAK
 
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya siswa yang kurang mampu menulis puisi secara baik, disebabkan baik dari model belajar yang hanya terpaku pada ceramah yang dilakukan oleh guru, ide awal dan diksi-diksi yang akan dituliskan dalam puisi bahkan pembelajaran sastra dirasakan sangat sulit dan membosankan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perencanaan, pelaksanaan, dan hasil pembelajaran yang diperoleh dari pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran PBL. Dalam upaya mengatasi masalah tersebut dilakukan penggunaan model pembelajaran yaitu dengan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) ini diharapkan mampu memudahkan siswa dalam menulis puisi karena model pembelajaran ini berawal dari masalah nyata yang ada di lingkungan mereka, sehingga siswa proses kreatif dalam menulis puisi dapat mengalir dengan mudah dan ekspresif.    Metode dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian tindakan kelas ini di dalamnya mencakup deskripsi perencanaan tindakan pembelajaran menulis puisi dengan model pembelajaran PBL, pelaksanaan tindakan pembelajaran menulis puisi dengan model pembelajaran PBL, dan hasil menulis siswa dengan model pembelajaran PBL. Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang dilakukan sebanyak tiga siklus, menunjukkan bahwa penggunaan model PBL (Problem Based Learning) dalam pembelajaran menulis puisi terbukti efektif meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata siswa pada setiap siklusnya. Siklus satu nilai rata-rata siswa untuk menulis puisi adalah 59,375. Siklus kedua mengalami peningkatan menjadi 68,75. Pada siklus terakhir atau ketiga mengalami peningkatan yang cukup signifikan menjadi 81,25. Melihat hasil dari ketiga siklus di atas, pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan PBL (Problem Based Learning) sebagai model pembelajaran pada siswa kelas VIII-4 SMP Negeri 16 Bandung dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa, dan penggunaan model pembelajaran ini dapat menjadi alternatif bagi guru untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran menulis lainnya.
 
DOWNLOAD

Senin, 27 Agustus 2012

PENERAPAN MODEL PROYEK RESPONS KREATIF DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keterampilan menulis yang tidak mudah untuk dikuasai karena merupakan suatu kemampuan yang harus dilatih secara berkesinambungan. Dalam proses menulis, khususnya menulis paragraf deskripsi, siswa yang memiliki keterbatasan ide akan merasa kesulitan untuk menulis. Kesulitan yang dialami siswa mencakup kesulitan untuk memunculkan ide awal, merangkai kata, dan menghidupkan gagasan dalam sebuah tulisan. Rumusan masalah penelitian ini adalah 1) bagaimana kemampuan menulis paragraf deskripsi pada siswa kelas eksperimen sebelum dan setelah pembelajaran dengan menggunakan model proyek respons kreatif (PRK)? 2) bagaimana kemampuan menulis paragraf deskripsi pada siswa kelas kontrol sebelum dan setelah pembelajaran tanpa menggunakan model proyek respons kreatif (PRK)? 3) bagaimana perbedaan antara kemampuan siswa kelas eksperimen dalam menulis paragraf deskripsi dengan menggunakan model proyek respons kreatif (PRK) dengan kemampuan siswa kelas kontrol dalam menulis paragraf deskripsi tanpa menggunakan model proyek respons kreatif (PRK)?

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan 1) kemampuan siswa kelas eksperimen dalam menulis paragraf deskripsi sebelum dan setelah pembelajaran dengan menggunakan model proyek respons kreatif (PRK), 2) kemampuan siswa kelas kontrol dalam menulis paragraf deskripsi sebelum dan setelah pembelajaran tanpa menggunakan model proyek respons kreatif (PRK), dan 3) perbedaan antara kemampuan siswa kelas eksperimen dalam menulis paragraf deskripsi dengan menggunakan model proyek respons kreatif (PRK) dengan kemampuan siswa kelas kontrol dalam menulis paragraf deskripsi tanpa menggunakan model proyek respons kreatif (PRK).    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen semu dengan desain penelitian randomized control group pretest-posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 1 Cibadak. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X-2 dan siswa kelas X-4. Berdasarkan perhitungan statistik, diperoleh thitung 5,058, nilai  thitung  ini lebih besar daripada ttabel taraf signifikansi 5% yaitu 2,039. Maka dapat dikatakan bahwa thitung = 5,058 > ttabel (31,0,0,05) = 2,039. Di samping menggunakan thitung dan ttabel, dapat juga dilakukan dengan perbandingan nilai sig. (2-tailed) dengan α. Nilai signifikansi (0,002) < α (0,05). Jadi, terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa dalam menulis paragraf deskripsi kelas eksperimen dengan menggunakan model proyek respons kreatif (PRK) dengan kemampuan siswa dalam menulis paragraf deskripsi kelas kontrol tanpa menggunakan model proyek respons kreatif (PRK). Artinya, model proyek respons kreatif efektif bila diterapkan dalam pembelajaran menulis paragraf deskripsi.
DOWNLOAD

Jumat, 24 Agustus 2012

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN TEKNIK BERCERITA BERPASANGAN

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses perencanaan, pelaksanaan, dan hasil menulis cerita pendek siswa kelas X-2 setelah dilaksanakan tindakan dengan menggunakan teknik bercerita berpasangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dalam tiga siklus.    Pada siklus I, guru menggunakan cerita pendek karya Ahmad Tohari yang berjudul “Pengemis dan Shalawat Badar” yang telah dibagi dua. Guru meminta siswa untuk duduk berpasangan dan saling menukar kata kunci dari sebagian cerpen yang telah mereka baca. Refleksi pada siklus I menunjukkan bahwa siswa kurang paham teknik yang digunakan guru sehingga waktu menjadi tidak efektif. Untuk mengatasi hal tersebut, pada siklus II guru tidak meminta siswa untuk menukar kata kunci, namun saling bercerita tentang cerpen yang mereka baca. Cerpen yang digunakan pada siklus II ialah cerpen karya Putu Wijaya yang berjudul “Peradilan Rakyat”. Refleksi pada siklus II menunjukkan bahwa siswa kesulitan membaca cerpen karena terlalu panjang. Pada siklus III, guru merencanakan sebuah permainan yang berguna untuk menentukan pasangan siswa. Hal ini dilakukan untuk mengatasi kebosanan dan meningkatkan semangat siswa. Selain itu, guru memilih cerpen yang lebih pendek untuk dijadikan bahan pembelajaran yaitu cerpen berjudul “Anjing Tersayang” karya Indra Tranggono.

Pada siklus I, terdapat 58,53% siswa yang belum memenuhi nilai KKM dengan rata-rata nilai 67,03. Pada siklus II jumlah siswa yang belum memenuhi nilai KKM berkurang menjadi 36,11% dan rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 73,77. Sementara itu pada siklus III semua siswa telah memenuhi nilai KKM dan rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 82,81. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa teknik bercerita berpasangan terbukti dapat meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa.

DOWNLOAD